Imbas penutupan jembatan, masyarakat merasa dirugikan hingga akhirnya harus pindah tempat tinggal. Banyak pelaku usaha terdampak, Kebutuhan ikan segar juga sulit didapat.
TANJUNG REDEB – Ketua DPRD Berau Madri Pani yang memimpin rapat dengar pendapat terkait masalah yang muncul dari perbaikan Jembatan Sambaliung, harus kecewa. Pasalnya, rapat hanya diwakili Asisten I Sekkab Berau, dan beberapa kepala dinas.
Sementara bupati dan wakil bupati Berau tidak hadir karena sedang keluar daerah.
Menurutnya hal ini sangat tidak mendasar. “Disaat rakyat butuh pemimpin, pemimpinnya malah tidak ada di tempat,” katanya.
Ia juga menyayangkan beberapa kali peninjauan di lapangan, namun masih saja belum ada opsi terbaik untuk solusi dari penutupan Jembatan Sambaliung tersebut. Namun, hingga ditutup total, masyarakat harus berkorban antre panjang. Bahkan ada yang sampai pingsan. “Ini miris. Rapat diadakan setelah penutupan jembatan. Opsi tidak ada,” tegasnya.
Madri mengaku kecewa memimpin rapat kali ini. Seharusnya yang hadir adalah bupati atau wakil bupati. Hingga bisa duduk diskusi untuk memikirkan nasib masyarakat. Ia mengaku bukan berniat untuk merendahkan Asisten I Sekkab Berau.
Namun, jika ada bupati atau wakilnya, kebijakan langsung bisa diambil, tanpa harus melapor ke sana-sini. “Ini mekanismenya lama. Dari Asisten I melapor ke pimpinannya, nanti dirapatkan lagi. Maksud saya tadi, sekali duduk saja. Kasihan masyarakat,” tambahnya.
Madri Pani juga mengancam, jika dalam waktu dekat, tidak ada opsi pasti untuk masyarakat, ia bersama anggota DPRD lainnya, akan menghentikan pengerjaan jembatan tersebut. Agar masyarakat mendapatkan kepastian keamanan dalam menyeberang.
“Saya tidak takut untuk menghentikan pengerjaan jembatan itu. Saya bukan menghalangi, tapi harus ada kepastian dulu dari Pemkab Berau, guna keselamatan masyarakat. Jangan sampai tunggu ada korban, baru sibuk. Dan saling menyalahkan,” tegasnya.
Politikus NasDem ini menegaskan, sejak satu tahun lalu, pemkab terkesan cuek. Bahkan pengadaan LCT sampai harus diambil alih ke provinsi, yang sebenarnya di awal, merupakan tanggung jawab pemkab. Jika berbicara anggaran, cukup miris, karena anggaran cukup besar.
“Seharusnya, ada sudah langkah pasti dari setahun lalu. Pengecekan baru dilakukan menjelang penutupan. Simulasi hanya satu kali. Keselamatan masyarakat dijadikan nomor dua. Jangan sampai timbul kata-kata yang penting proyek jalan,” tambahnya.
Kemarahan Madri Pani semakin memuncak, saat mendengar kabar bahwa ada warga yang pingsan saat antre. Ia mengatakan, seharusnya, pemkab sudah bisa antisipasi hal ini, dengan menyediakan tempat berteduh. “Bayangkan saja, masyarakat antre mulai pagi hingga siang hari, dengan cuaca cukup terik. Daya tahan tubuh manusia berbeda. Saya akui, saya kecewa dengan pemkab,” tuturnya.
Sementara itu, Asisten I Sekkab Berau Hendratno mengaku, ada opsi yang diberikan oleh Pemkab, yakni penambahan dermaga jety dan juga penambahan armada LCT hingga memanfaatkan speed dari OPD terkait. Guna membantu arus mobilitas masyarakat.
“Opsinya sudah dibeberkan wabup kemarin. Namun kami pastikan akan terus evaluasi setiap harinya,” katanya.
Ia mengaku belum bisa berkomentar banyak, namun masukan dari DPRD Berau, ia pastikan akan disampaikan kepada pimpinan daerah, guna mendukung suksesnya perbaikan Jembatan Sambaliung. “Iya saya pasti akan sampaikan,” tutupnya. (hmd/ind)