SAMARINDA KOTA. Inflasi menjadi perhatian serius bagi kepala daerah. Termasuk di Pemkot Samarinda yang saat ini juga tengah disibukkan dengan program pengendalian inflasi.
Tak cukup hanya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), namun beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya juga dilibatkan. Salah satunya Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Samarinda.
Sebelumnya dijelaskan bahwa Pemkot Samarinda telah menyiapkan 2 persen dari belanja tidak terduga sebesar Rp 16,5 miliar untuk pengendalian inflasi. Sebelumnya Pemkot Samarinda menerima dana insentif sebesar Rp 19,5 miliar setelah Kota Tepian dianggap berhasil mempertahankan inflasi saat ini di angka 14,45 persen.
Salah satu yang dilakukan adalah menggelar operasi pasar. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Disdag Marnabas Patiroy.
“Operasi pasarnya itu nanti ada disediakn minyak goreng, bawang, gula dan ikan layang yang selama ini juga menjadi penyumbang inflasi,” ujar Marnabas.
Ia mengakui ikan layang saat ini memang harganya mengalami perubahan yang tidak menentu. Harga yang dijualpun bervariatif mulai dari Rp 35-50 ribu/kilogram. “Sementara di pelelangan harganya Rp 10-15 ribu/kilogram,” ungkap Marnabas.
Namun biasanya kenaikan harga ikan layang tidak akan bertahan lama. Sebab ikan layang termasuk komoditi yang tidak tahan lama. Sehingga ia pun tidak heran jika harga ikan layang mudah naik dan turun.
“Biasanya penjual memberik es, kalau pembelinya agak kurang. Kalau sudah muali banyak yang beli, harganya pasti naik,” paparnya.
Sehingga ke depannya Marnabas memastikan pihaknya akan melakukan operasi pasar di seluruh kecamatan. Lantaran waktunya juga tidak banyak, sehingga harus diselesaikan hingga akhir tahun.
“Kami lakukan intervensi untuk penyeimbangan agar tidak ada ketimpangan harga di pasar, sehingga harga bisa cepat stabil,” pungkasnya. (hun/nha)
