BONTANG – Perusahaan asal Malaysia, MPDT Capital Brand, berencana membangun pabrik desalinasi air laut menjadi air tawar. Investasi yang ditawarkan senilai USD 3 juta atau setara Rp 42,7 miliar (kurs Rp 14.246/USD).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Bontang Riza Pahlevi mengatakan, penawaran itu disampaikan sejak 29 April lalu. Selanjutnya pihak perusahaan telah melakukan presentasi di hadapan Wali Kota Bontang Basri Rase dan instansi terkait, 14 Juni silam. “Pada dasarnya, kami menyambut baik investasi yang masuk,” kata Riza.
Nantinya, air laut di Bontang akan disuling menjadi air tawar dan siap dikonsumsi. Kebutuhan pabrik itu, diperlukan luas lahan sekitar 10 hektare dekat laut. Pemkot Bontang pun memberikan lima opsi lokasi lahan. Seluruhnya berada di kelurahan Bontang Lestari.
Meliputi sekitar Pagung, pesisir perusahaan Energi Unggul Persada (EUP), dekat Pelabuhan Indominco Mandiri, area Terbang Layang, pesisir area sirkuit Bontang Lestari, dan sekitar Perumahan Pama. Pembangunan pabrik diperkirakan membutuhkan durasi 36 bulan. Usai seluruh perizinan terpenuhi.
“Penyediaan air siap saji mulai perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan sepenuhnya ditanggung perusahaan bersangkutan,” ucapnya.
Pada presentasi itu juga dipaparkan soal bagi hasil MPDT Capital Brand dan Pemkot Bontang. Pemkot Bontang menerima untung dari 1-15 tahun mendatang sebesar USD 0,02 persen, 15-30 tahun mendatang sebesar USD 0,04 persen. Selanjutnya aset pabrik desalinasi itu, bakal menjadi milik Pemkot Bontang.
Kemudian harga satuan air yang ditetapkan MPDT Capital Brand ialah Rp 6 ribu per meter kubik untuk pemakaian domestik, dan Rp 15 ribu per meter kubik untuk bisnis. Sehubungan penentuan harga serta distribusi air ke pelanggan, nantinya MPDT Capital mesti melakukan kerja sama operasional (KSO) dengan Perumda Tirta Taman Bontang.
Perusahaan itu tak bisa mendistribusikan langsung ke pelanggan, tapi melalui jaringan yang sudah dimiliki Perumda Tirta Taman. “Kalau investasi ini jadi, begitu nanti teknis penyalurannya,” bebernya.
Adapun saat ini, Pemkot Bontang masih mempelajari feasibility study (FS) yang diberikan perusahaan. Ini harus benar-benar sebab air yang ditawarkan diproyeksi bisa langsung dikonsumsi warga. “Kami cuma fasilitasi saja. Mengurus izin pun, misal seperti izin prinsip sudah bukan di kami tapi langsung ke OSS,” tuur dia.
Lebih jauh, bila perusahaan ini benar berdiri di Bontang, mereka tidak sekadar mendistribusikan air ke Bontang saja. Tapi, bisa ke daerah lain di sekitarnya seperti Kutim dan Kukar. “Ini kan pabrik skala besar. Bisa ke daerah lain juga mereka masok (air bersih),” sebutnya.
Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) Amiruddin mengatakan, nantinya perusahaan itu tidak menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Mengingat teknologi yang digunakan tinggi. Berkenaan dengan potensi lahan yang digunakan, ia belum bisa memastikan.
“Kami tidak bisa menjabarkan. Takutnya dimanfaatkan oleh segelintir oknum untuk menaikkan harga tanah. Biar mereka (perusahaan) yang tentukan titiknya,” kata Amiruddin.
Target FS selesai ialah tahun ini. Pada penyusunan FS ini akan menentukan layak-tidaknya dari aspek sumber bahan baku, konsumen, hingga penentuan harganya. “Kalau tidak layak maka tidak jadi. FS ini untuk menguji layak atau tidak. Kalau layak maka lanjut. Bisa langsung ke bentuk proses kerja samanya,” pungkasnya. (*/ak/ind/k15)