TANGIS haru pecah di RSUD Taman Husada. Setelah salah satu garda terdepan meninggal dunia akibat Covid-19. Kepala Diskes dr Bahauddin mengatakan, perawat bernama Rossalina Adiyah Retnawati, mengembuskan napas terakhir pada 7 Juli sekira 20.50 Wita.
“Dari dua kasus meninggal salah satunya merupakan perawat di RSUD Taman Husada,” kata dr Bahauddin.
Berdasarkan informasi yang diterima Kaltim Post, pasien ini terpapar saat dalam kondisi hamil. Sekira dua pekan lalu. Awalnya, almarhumah menjalani proses isolasi mandiri di rumah. Setelah tiga hari akhirnya dibawa ke rumah sakit pelat merah tersebut karena merasakan batuk dan sesak. Mengingat kondisinya semakin sesak, dokter langsung melakukan operasi sesar pada 28 Juni.
“Kondisi bayi alhamdulillah baik dan sudah dibawa pulang ke rumah setelah beberapa hari sempat dirawat di rumah sakit,” ucapnya.
Akan tetapi, kondisi ibu janin semakin menurun. Pada 7 Juli dokter memutuskan untuk memasang alat bantu ventilator. Dikarenakan saturasi kadar oksigen dalam darah arterinya di bawah 80 mmHg. “Saat itu nakes tersebut mengeluhkan sesak napas,” tutur dia.
Sayangnya, nyawa salah satu garda terdepan Covid-19 ini tidak tertolong. Jenazah lantas dikebumikan di TPU Bontang Lestari dengan tata cara pemulasaran Covid-19. Bahauddin menjelaskan saat ini terdapat sekira 10 nakes yang sedang berjuang melawan virus corona. Ia pun tidak mengingat berapa total nakes yang tumbang saat bertugas.
Menanggapi itu, ia meminta warga untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Meliputi mencuci tangan rutin, menjaga jarak, memakai masker, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan. Banyaknya jumlah terkonfirmasi dilandasi akibat gencarnya proses tracing dan testing yang dilakukan satgas.
“Karena kalau satgas pasif bisa saja jumlahnya tidak banyak. Tetapi, nyawa yang tidak terselamatkan juga potensi besar,” pungkasnya. (*/ak/ind/k15)