Dikira Seadanya, Ternyata Lebih Rapi dari Pemakaman Umum

- Selasa, 13 April 2021 | 13:42 WIB
Warga ziarah di pemakaman Serayu.
Warga ziarah di pemakaman Serayu.

Jelang Ramadan, keluarga korban Covid-19 menggelar doa bersama di lokasi TPU Serayu di Tanah Merah. Seperti apa suasananya?

 

Setahun sudah Hidayah (42) berpisah dengan suaminya. Meski maut telah memisahkan, namun rasa rindu kepada suami yang telah bersamanya selama 20 tahun, selalu membekas dan terngiang. Tak terasa untaian doa yang dipanjatkan di depan pusara almarhum suami berbuah tetesan air mata yang membasahi pipi.

Dalam benaknya, Hidayah sebenarnya tidak terima jika sang suami pergi begitu cepat ke hadapan Ilahi, terlebih tim dokter RSUD AW Sjahranie pada 10 Oktober 2020 lalu menfonis suaminya positif Covid-19. “Suami saya sempat dirawat selama 4 hari, karena sakit paru. Hasil swab saat itu menyatakan positif. Padahal suami saya tidak pernah bepergian keluar kota,” ungkap Hidayah.

Meski harus menerima kenyataan pahit, takdir sudah menentukan. Kecintaan Hidayah terhadap suami dikalahkan kecintaan Tuhan kepada suaminya. Ia pun hanya bisa pasrah. Sementara, dirinya akan mengurus kedua buah hatinya dengan baik.

“Alhamdulillah, pemakaman di sini sangat baik dan tersusun rapi. Padahal awalnya saya mengira pemakaman covid itu hanya seadanya dan bahkan tidak terawat. Terima kasih untuk pemerintah atas perhatiannya,” ungkap warga Jalan AM Sangaji, Samarinda Ilir ini.

Lain halnya Fajarianto, warga Jalan Lambung Mangkurat, Sungai Pinang berusia 35 tahun ini harus kehilangan orangtuanya saat dia tengah tugas bertugas di luar kota. Kabar jika ayahnya wafat ia terima pada Jumat 23 November 2020 pukul 01.00 Wita dari istrinya.

Mendengar kabar tidak menyenangkan itu, ia pun bergegas kembali ke Samarinda untuk mengkroscek kebenaran informasi itu di RSUD AW Sjahranie. Saat tiba, tim dokter langsung mengabarkan jika ayahnya wafat dengan kencedrungan atau mengarah pada Covid-19.

“Ayah saya berstatus probable Covid-19. Hasil swab masih menunggu. Menurut dokter meski probable harus dimakamkan secara protokol covid,” kata Fajar sapaan akrabnya. Meski berat menerima kenyataan, Fajar meski berlapang dada. Dalam hatinya, ini adalah suratan takdir. Kehendak sang pencipta yang tidak bisa ditolak. Fajar hanya berfikir penyakit hanyalah sebab orangtuanya wafat. Sama halnya dengan penyakit lainnya yang bisa merenggut nyawa.

Fajar menerima masukan dari tim dokter dan dari tim Gugus Tugas Covid-19 untuk memakamkan ayahnya sesuai protokol. Saat pemakaman, dirinya pun ikut mengantar dan menyaksikan prosesi dari kejauhan. “Ziarah ini sebenarnya bukan pertama kali. Tapi di momen menjelang Ramadan lebih berbeda. Apalagi banyak keluarga yang lain yang juga berziarah,” ucapnya.

Hidayah dan Fajar hanyalah dua dari ratusan keluarga yang kehilangan sanak keluarga di masa pandemi Covid-19 di Kota Samarinda. Sesuai dengan data Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, hingga Sabtu (10/4), tak kurang dari 521 warga yang terpapar virus mematikan ini dimakamkan di Tempat Pamakaman Umum (TPU) Serayu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara.

Mendekati bulan suci Ramadan 2021, tepatnya pada Sabtu (10/4), para peziarah nampak memadati TPU Serayu. Keluarga korban Covid menggelar doa bersama dan ziarah. Peziarah mendatangi suami, istri anak dan sanak keluarga yang dinyatakan positif maupun probable.
Aulia, penggagas kegiatan ini mengaku, awalnya ia membentuk grup WhatsApp. Tujuannya untuk silaturrahmi para ahli waris yang keluarganya dimakamkan di TPU Serayu.

Dari ide sederhana inilah menggugah semangat para ahli waris bahwa Covid-19 sama dengan penyakit lainnya. “Alhamdulillah acara berjalan dengan baik. Pelayanan di makam ini sudah bagus. Terima kasih pada pengelolaan makam raudahtul janan,” singkat Aulia.

Pengelola makam, Dedi yang juga pegawai dari Dinas Pemukiman, Kota Samarinda mengatakan, terdapat empat klaster di makaman Serayu: Muslim, Budha, Nasrani dan Hindu. Luasan makam menyesuaikan jumlah warga yang meninggal.  “Berapa angka luasan belum pasti. Namun untuk muslim ini kurang lebih yang tersisa sekarang 10 hektare. Makam yang sudah siap 1 hektare pengembangan. Di samping itu 1,5 hektare dan Insyaallah di 2021 ini akan dikerjakan lagi penurapannya. Mungkin di akhir 2021 sudah bisa digunakan untuk umum,” kata Dedi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB
X