Cerita Warga yang Diserang Banjir Bandang, Tak Siap dan Tak Sempat Ungsikan Barang

- Minggu, 10 Januari 2021 | 12:07 WIB
Warga tak sempat ungsikan barang.
Warga tak sempat ungsikan barang.

 Banjir bandang disertai lumpur menerjang permukiman warga di Perumahan H Sadri, Jalan P Suryanata, RT 13, Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu, Kamis (7/1) sore. Curah hujan tinggi di tambah kurangnya daerah resapan akibat pembangunan diduga menjadi penyebab banjir yang menyapu permukiman padat penduduk tersebut.

Meski tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, derasnya arus air bercampur lumpur pada sore hari itu membuat warga sekitar panik dan takut. Mereka khawatir banjir bisa menyebabkan kerusakan parah hingga jatuhnya korban. Bahkan untuk mengantisipasi semua kemungkinan, sejumlah kendaraan terpaksa diungsikan ke tempat aman untuk menghindari kerusakan atau terseret arus air.

“Ada 110 rumah warga sempat terendam banjir. Dan datangnya air sangat cepat sehingga warga tidak sempat bersiap untuk mengantisipasinya,” kata ketua RT 13, Muhammad Apsi, Jumat (8/1). Banjir bandang sendiri menurut Apsi tidak berlangsung lama, namun akibatnya dari banjir bandang ini menyebabkan peralatan elektronik warga rusak.

“Banjir ini terjadi sekitar pukul 17.30 Wita satu jam kemudian sudah kering. Banjir sendiri merendam 5 blok yang ada di lingkungaj RT saya, yakni B1, B2, C1, C2 dan C3. Dan banjir kali ini adalah yang terparah dalam kurun 15 tahun ini,” ungkap Apsi.

Selain intensitas hujan tinggi menurut Aspi banjir yang terjadi kali ini disebabkan penurunan kualitas hutan di gunung yang terletak tak jauh dari perumahan warga, sehingga banjir juga membawa material tanah. Disamping itu pertumbuhan pembangunan yang kian menjamur membuat daerah resapan kian berkurang. Salah satu lokasi bangunan yang dekat dengan permukiman warga adalah berdirinya pergudangan bernama Samarinda Central Bispark yang berdiri di Jalan Poros P Suryanata.

“Kawasan pergudangan juga salah satu penyumbang banjir kali ini. Sebab daerah resapan berkurang,” tegas Aspi
Saat terjadi banjir bandang, warga sekitar sempat merekam melalui ponsel berdurasi 13 detik. Tampak di video, derasnya air membuat warga panik. Perabotan rumah tangga hingga motor sempat hanyut disapu derasnya banjir. Terjangan air bercampur lumpur menghantam benda apa pun yang dilewati.

Dari pantauan dilapangan, saat ini sejumlah warga juga tengah membersihkan rumah dan menyelamatkan barang mereka yang sempat terendam banjir. “Saat kejadian sedang santai di dalam rumah. Karena di luar juga sedang hujan deras. Tahu-tahu air betcanpur lumpur langsung masuk ke dalam rumah,” kata Setyadi (30) warga.

Lantaran tidak siap, barang elektronik miliknya seperti kulkas, lemari es, hingga mesin cuci dan pakaian tak sempat lagi diselamatkan. Bahkan kasur miliknya pun harus dijemur dulu lantaran basah dan dipenuhi sisa lumpur. “Yang rusak dan tidak bisa lagi diperbaiki terpaksa di buang. Mau bagaimana lagi,” keluahnya. Sementara itu, Lurah Bukit Pinang Eko Purwanto menjelaskan, disekitar wilayahnya memang berdiri berbagai pembangunan baik perumahan maupun komplek pergudangan.

Namun, diakuinya baru kali ini wilayahnya diterjang banjir bandang yang demikian hebat dan tiba-tiba.”Hujan memang sangat lebat dan lama. Namun saya pun tidak menyangka bakal terjadi banjir sehebat itu. Padahal jika dilihat sistem drainase di permukiman warga cukup baik. Parit cukup lebar dan aliran air lancar,” ungkap Eko.

Disinggung apakah ada lokasi penampinagn air atau folder di wilayahnya. Eko menjawab jika terdapat satu folder di komplek pergudangan. Air pembuangan folder tersebur memang mengarah ke permukikan warga. “Sistemya adalah polder kering jadi tidak kenampung air. Jadi setiap air yang masuk ke polder itu akan keluar melalui pintu folder yang terbuka ke saluran air yang mengarah ke permukiman warga,” ungkap Eko.

“Nah di saat banjir bandang, diduga volume air di polder kering itu membeludak sehingga tidak kuat menampung dan air keluar melebihi tanggul folder. Tapi bukan jebol,” sambung Eko. Perkataan Eko ini dibuktikan saat media ini menuju folder kering yang berada di komplek pergudangan tersebut. Saat dilihat memang folder tersebur kering. Terdapat satu pintu kuar air yang mengarah ke saluran permukiman warga.

Pihak pengelola komplek pergudangan yang ditemui membenarkan jika saat banjir bandang terjadi debit air yang masuk di folder itu melebihi kapasitas sehingga membeludak. “Air di polder kering ini berasal dari perbukitan di sekitar komplek dan juga dari sebuah danau yang ada di seberang jalan komplek ini. Saat terjadi hujan deras air di danau itu meluap dan masuk ke dalam folder,” kata Edi, Pengelola Samarinda Central Bispark.

Masuknya air dari danau menambah volume air yang sudah ada akibat hujan deras yang mengguyur. Kondisi inilah yang membuat air melimpah lalu meluber melebihi batas tanggul. “Atas kejadian ini rencana kami akan memperluas dan meninggikan tanggul folder kering ini. Sementara ini bisa menampung 10.000 kubik namun setelah ditinggikan dan diperluas bisa menampung 13.000 kubik air nantinya,” tutup Edi. (kis/beb)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X