Banjir Besar di Hari Raya Kali Ini Makan 4 Korban Jiwa

- Senin, 1 Juni 2020 | 01:32 WIB
Warga hanya bisa pasrah rumahnya kebanjiran lagi.
Warga hanya bisa pasrah rumahnya kebanjiran lagi.

Banjir besar kembali melanda Samarinda. Kejadian setahun silam terulang. Genangan di tengah Lebaran. Namun kali ini Wali Kota Syaharie Jaang lebih dulu berada di titik banjir. Tidak setahun lalu yang kebetulan berada di Jerman.

Banjir besar yang menghampiri Kota Samarinda bukan lagi siklus 10 tahunan. Kini sudah menjadi rutinitas setiap tahun. Bahkan banjir datang setiap Idulfitri. 2019 lalu, banjir datang sepekan setelah Idulfitri. Tahun ini banjir datang tepat di malam Lebaran (23/5).
Jika indikatornya adalah korban jiwa, banjir tahun ini terbilang dahsyat. Tercatat empat orang meninggal dunia dan satu lainnya terluka.

Korban pertama meninggal dunia bernama Naji, warga Perum Griya Mukti, Kelurahan sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara. Pria 47 tahun ini meninggal dunia pada Senin (25/5) dini hari sekitar pukul 00.30 Wita. Naji meninggal dunia lantaran sakit angin duduk yang dideritanya saat banjir menerjang rumahnya.

Upaya penyelamatan sebenarnya sudah dilakukan dengan membawa Naji ke Rumah Sakit (RS) Qurrata Ayyun di Jalan DI Pandjaitan oleh relawan. Namun takdir berkata lain. Naji dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter yang berupaya menyelamtkan nyawanya. “Kami kebetulan melintas di sekitar lokasi melihat warga tergopoh-gopoh membawa Naji. Kami ikut mengantar saat itu,” ungkap Nurjanah, seorang relawan.

Korban meninggal dunia selanjutnya menimpa H Asdar (60), warga Jalan Hasan Basri (Eks Jalan Merak), Gang 3, Kelurahan Bandara, Kecamatan Samarinda Ilir, Selasa (26/5) dini hari pukul 00.10 Wita. Dari informasi yang diterima media ini, Asdar terkena sengatan listrik di kediamannya yang juga terendam.Di hari yang sama, korban meninggal du nia berikutnya adalah remaja bernama bernama Renaldi (15), warga Jalan S Parman, Gang 2, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang, sekitar pukul 23.52 Wita.

Aldi —sapaan akrabnya— meninggal dunia saat berada di rumah kosong. Diduga, Aldi juga terkena sengatan listrik saat di rumah kosong tersebut yang kebanjiran. Jasad Aldi bahkan sempat larut dari rumah kosong tersebut ke arah jalan. Diduga Aldi kesetrum beberapa jam sebelumnya. “Saat kami datang, Aldi sudah meninggal dunia. Jasadnya kami bawa ke RSUD AW Sjahranie,” ungkap Gowank, petugas dari PMI Samarinda.

Sedangkan korban keempat yang meninggal dunia dialami Anca Tegar yang masih berusia 10 tahun. Heriyansah, ayah Anca, tak dapat menyembunyikan kesedihannya, Selasa (26/5) sore. Anca tewas saat berenang bersama kawan-kawannya di kawasan persawahan di Jalan Betapus RT 24, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara yang saat ini terendam banjir.

Ditemui di RS Qurrata Ayyun, Jalan DI Panjaitan, Sungai Pinang di mana Anca dinyatakan meninggal dunia, Heriyansah menuturkan, saat kejadian dirinya berada di rumah di Jalan Gunung Kapur II, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara. Ia bergegas menuju lokasi kejadian setelah dikabari istrinya.

“Awalnya anak saya ini bersama ibunya mengendarai motor ke lokasi kejadian sekitar pukul 17.30 Wita. Anca meminta ke lokasi itu untuk berenang,” kata Heriansyah. Di lokasi sendiri, memang dijadikan warga sebagai lokasi rekreasi bermain air dadakan selama banjir merendam kawasan tersebut.

Sesampai di lokasi di mana sudah banyak orangtua berkumpul dan membawa serta buah hati mereka untuk bermain air, Anca pun tak ingin ketinggalan dan berenang di lokasi tersebut bersama-teman sebayanya, Adriansyah (11). Entah kurang memperhatikan saat Anca bermain, sang ibu sempat kebingungan mencari Anca.

“Saat kebingungan itu, ada warga yang kebetulan di lokasi tersebut dan melihat Anca dan Adriansyah di bawah gorong-gorong. Mungkin keduanya terseret arus hingga ke tempat itu,” kata Heriansyah. Melihat kedua bocah timbul tenggelam terseret arus gorong-gorong, warga berusaha menarik keduanya. Nahas, saat itu hanya adriansyah yang berhasil ditarik keluar sementara Anca tenggelam ke dalam gorong-gorong.

“Mendengar kabar jika Anca tenggelam, saya langsung datang ke lokasi dan mencari anak saya dibantu anggota karang taruna belimau,” ucapnya. Selang satu jam melakukan pencarian, tubuh Ancah ditemukan oleh Heriansah sendiri berjarak 10 meter dari lokasi awal Anca tenggelam. Saat ditemukan bocah tersebut tidak sadarkan diri dan tubuhnya lemas lantaran terlalu lama di dalam air.

Secara beramai-ramai tubuh Anca diangkat dan dinaikkan ke atas mobil pikap milik warga yang kebetulan berada tak jauh dari lokasi kejadian untuk dibawa ke rumah sakit. Sayang, nyawa Anca tak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia. Selain korban jiwa, terdapat korban luka akibat bermain di banjir. Ini dialami Syarifah (17), warga Jalan A Yani, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang, Senin (25/5) sekitar pukul 16.30 Wita.

Syarifah yang saat itu berada di pertigaan Jalan Mayjen Sutoyo (Eks Jalan Remaja) bersama rekan-rekannya tengah bermain banjir terjatuh di parit. Syarifah sempat lemas dan dibawa unit ambulans relawan yang stanby di lokasi tersebut. “Langsung kami bawa ke puskesmas terdekat. Untungnya selamat meski sempat lemas karena terminum air,” tutup Syaiful, relawan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X