PERNAH DIBANTU SYAUKANI HR

- Kamis, 6 Februari 2020 | 23:49 WIB
LESTARIKAN BUDAYA. Jamhari bersama Maharaja Kutai Mulawarman, Iansyahrechza atau Raja Labok, menegaskan hadirkan kerjaaan berpusat di Kecamatan Muara Kaman, ikut memajukan pembangunan daerah Kukar dan sekitarnya. (foto: ist)
LESTARIKAN BUDAYA. Jamhari bersama Maharaja Kutai Mulawarman, Iansyahrechza atau Raja Labok, menegaskan hadirkan kerjaaan berpusat di Kecamatan Muara Kaman, ikut memajukan pembangunan daerah Kukar dan sekitarnya. (foto: ist)

TENGGARONG. Belakangan ini Nusantara banyak kedatangan sejumlah raja maupun kerajaan baru yang viral di media sosial (Medsos). Walhasil, perhatian masyarakat Tanah Air langsung tersita. Akhirnya merambat pula kepada adanya Kerajaan Kutai Mulawarman asal Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Nama Raja Labok atau Iansyahrechza selaku Maharaja Kutai Mulawarman, langsung jadi sorotan.

“Kerajaan Kutai Mulawarman ini tujuannya ikut membangun daerah, terutama Kukar dan sekitarnya. Melalui sejumlah kerja sama bidang budaya dan seni, serta kegiatan usaha lainnya,” ucap Jamhari selaku tokoh masyarakat Muara Kaman, Rabu (5/2). Maka Kutai Mulawarman tidak ada memungut biaya apa pun kepada kalangan pejabat, pengurus maupun pengikutnya. Itu berbeda dengan kerajaan baru yang viral belakangan ini. Pemberian gelar kekerabatan kerajaan kepada sejumlah tokoh nasional, seperti politisi Fadli Zon dan lainnya, juga tidak mengambil rupiah.

“Anugerah gelar diberikan Maharaja Kutai Mulawarman, tujuannya mengikat persaudaraan serta jalinan silaturahmi. Dengan harapan terjalin kerjasama usaha untuk membantu Kutai Mulawarman melestarikan adat budaya daerah ini,” jelas Jamhari, lagi.

Sekadar informasi, Jamhari dikenal sebagai Bendahara Bupati Kukar Syaukani HR. Nah, menurut Jamhari, sejak dulu pun Syaukani banyak memberikan bantuan kepada Raja Labok untuk mengembangkan adat budaya Kutai Mulawarman. Sehingga sejarah kerajaan di Muara Kaman itu dikenal luas di Nusantara. Sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia pada masa silam.

“Kami menyayangkan banyak warga di medsos membuat komentar miring terkait keberadaan Kerajaan Kutai Mulawarman, maupun Maharaja Iansyahrechza atau Raja Labok. Hal itu merugikan nama baik yang bersangkutan. Karena komentar disampaikan tanpa konfirmasi kepada pihak terkait. Mengenai kekayaan Raja Labok, itu bukan dari menjual gelar atau pungutan. Melainkan hasil usaha melalui sejumlah perusahaan milik beliau bersama rekan-rekannya,” ucap Jamhari. (idn/nha)

Editor: rusli-Admin Sapos

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X