Normalisasi SKM, Status Proyek Menggantung

- Senin, 27 Januari 2020 | 09:42 WIB
Kegiatan normalisasi tahun ini dipusatkan di Benanga. Lantaran tingginya sedimentasi yang ada di waduk Benanga.
Kegiatan normalisasi tahun ini dipusatkan di Benanga. Lantaran tingginya sedimentasi yang ada di waduk Benanga.

LEMPAKE. Anggaran selalu menjadi alasan mandeknya penanganan banjir di Kota Samarinda. Meskipun Pemprov Kaltim dan pemerintah pusat juta turut membantun anggaran penanganan masalah ini. Untuk tahun ini, Pemkot Samarinda dan Pemprov Kaltim bakal keroyokan menanganani proyek normalisasi Sungai Karanga Mumus (SKM) khususnya di segmen Gang Nibung hingga belakang Pasar Segiri. Namun Pemkot Samarinda diberi tugas menyelesaikan persoalan sosialnya.

Sementara hingga saat ini belum ada kepastian di lokasi tersebut bagian dari Program Strategis Nasional (PSN) atau Non PSN. Hal ini diakui Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Samarinda, Ananta Fathurrozi. “Kalau anggaran sudah ada dari Banprov (bantuan provinsi). Bahkan tahun ini disiapkan Rp 15 miliar,” ujar Ananta.

Namun status PSN atau Non PSN belum dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Ekonomi (Kemenko) RI. Sedangkan untuk penanganan dampak sosialnya memerlukan anggaran agar lebih manusiawi memindahkan ratusan jiwa disana.

“Hitungan tim appraisal juga sudah siap. Tapi sampai saat ini belum ada rekomendasi dari Kemenko,” tegasnya. Sementara itu urusan Waduk Benanga saat ini ditangani oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III. Tahun ini instasi turunan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI itu bakal melakukan normalisasi di Benanga, Lempake.

Menurut Kepala BWS Kalimantan III, Anang Muchlis, pemerintah pusat sudah menyiapkan Rp 26 miliar dari APBN tahun ini. “Ini sudah masuk tahap lelang. Februari bisa selesai. Kalau sudah mendapatkan pelaksananya, langsung dikerjakan,” ujar Anang. Kegiatan normalisasi tahun ini ditegaskan Anang lantaran tingginya sedimentasi yang ada di waduk Benanga. Tak heran lokasi ini menjadi pilihan mereka untuk mengurangi banjir di kawasan sekitar waduk Benanga.

“Target kami sampai 170 ribu kubik air bisa tertangani. Sebab kondisinya saat ini hanya sampai 400 sampai 500 kubik air saja,” urainya. Bahkan kondisi ini jauh menurun jika dibandingkan 2014 lalu. Sebab jumlah debit air yang bisa tertampung di bendungan berada pada angka 700 ribu kubik. “Kalau sudah menumpuk sedimentasinya, maka daya tampung air juga semakin berkurang,” jelasnya.

Untuk diketahui, selain untuk menampung air, waduk Benanga juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas irigasi di persawahan Lempake. Sebab ada sekitar 300 hektare sawah yang harus diairi oleh waduk tersebut. “Sedangkan kapasitasnya terlaku kecil jika menjadi pengendali banjir. Dibutuhkan hingga 7 juta kubik. Tapi, dari awal bendungan tersebut memang disiapkan untuk proses irigasi bagi persawahan di sekitarnya,” jelasnya.

Hanya saja karena ukuran waduk saat itu cukup besar, maka dijadikan bendungan untuk menampung air. “Tapi saya optimistis, waduk Benanga Lempake tetap bisa berkontribusi dalam pengendalian banjir,” pungkasnya. (hun/nha)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X