Begini Jadinya Jika Pematangan Lahan Ugal-ugalan

- Selasa, 21 Januari 2020 | 13:59 WIB
Siring warga jebol akibat longsor.
Siring warga jebol akibat longsor.

SIDODAMAI. Dampak cuaca ekstrem yang melanda Kota Samarinda dalam sepekan, mengakibatkan 12 kelurahan dari 5 kecamatan terendam banjir. Akibatnya, ribuan jiwa merasakan dampak banjir yang ditimbulkan. Sepertti terserang penyakit hingga kerugian harta benda yang tidak sedikit.

Meskipun banjir sudah surut dan aktivitas warga sudah berangsur normal, dalam dua hari belakangan, tak lantas membuat warga bisa tidur nyenyak. Pasalnya, musibah lain akibat dampak cuaca ekstrm tersebut masih mengintai.

Ya, tanah longsor menjadi momok menakutkan bagi warga. Terutama yang bermukim di lereng bukit maupun dataran tinggi lainnya. Tanah labil membuat pergeseran tanah menuju lokasi terendah. Akibatnya sejumlah permukiman warga rusak parah.

Dari data yang dihimpun media ini, dalam sepekan ini terjadi 15 kali longsor di Samarinda. Rata-rata, rumah warga terdampak longsor tidak dapat dihuni lantaran rusak berat. Akibatnya pemilik rumah terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Selain merusak permukiman warga, longsor juga menyebabkan akses jalan antar kampung terganggu. Salah satunya di Jalan Damai, Gang Intifadah, RT 27, Kelurahan Sidodamai, Kecamatan Samarinda Ilir.

Di lokasi ini, jalan cor semen perkampungan rusak berat akibat terdorong tanah longsor dari atas bukit. Warga sekitar diliputi kecemasan. Karena kondisinya semakin menghawatirkan.

“Awalnya hujan deras seminggu lalu. Air bercampur lumpur dari atas bukit daerah perumahan turun ke permukiman kami. Lama kelamaan mendorong jalan,” kata Budiono, warga sekitar.

Puncaknya, Minggu (19/1) malam sekitar pukul 21.30 Wita jalan perkampungan jebol. Bahkan beberapa rumah warga di sekitar jalan terimbas tanah longsor. Tiang listrik dan tiang telepon pun terancam ambruk jika tidak ada penanganan.

"Ini rumah saya sudah terkena material di sisi kanan. Kalau tidak ditanggulangi bisa jebol," ungkap Budiono.

Melihat kondisi itu, H Oni tokoh masyarakat sekitar bakal membuat laporan kepada instansi terkait. Laporan berkaitan dengan Undang-undang Lingkungan Hidup berdasar pada pencemaran lingkungan yang dilakukan pihak pengembang perumahan baru di sekitar Jalan Damai.

“Kami akan pertanyakan izin pematangan lahan dan Amdal-nya dari lahan yang digunakan sebagai perumahan tersebut. Sebab, akibat pembangunan perumahan tanah lumpur turun ke jalan damai yg mengakibatkan dangkalnya anak sungai,” ucap Oni.

Kekesalan warga ini bukan tanpa sebab. Menurut Oni selama ada pembukaan lahan baru yang diperuntukkan sebagai perumahan, sudah berulang kali permukimannya terendam banjir bercampur lumpur. “Jangan dibiarkan begini terus,” pinta Oni.

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, Hendra AH mengatakan, longsor kali ini merupakan yang ke-14 selama masa Siaga Darurat yang sudah ditetapkan pemkot.

“Petugas kami sudah turun ke lapangan untuk mengecek kondisi longsor di wilayah tersebut, namun demikian kami belum bisa mengambil tindakan lantaran diperlukan tenaga tekhnis sebab di beberapa titik longsor memerlukan alat berat. Untuk itu kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda,” kata Hendra.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB
X