DUH..!! 45 Persen Anak Sungai di Samarinda Sudah Hilang

- Senin, 20 Januari 2020 | 00:17 WIB
Proyek pelebaran drainase simpang Jalan PM Noor dan DI Panjaitan. Banyak anak sungai di Samarinda yang sudah hilang.
Proyek pelebaran drainase simpang Jalan PM Noor dan DI Panjaitan. Banyak anak sungai di Samarinda yang sudah hilang.

SAMARINDA KOTA. Masyarakat Samarinda tidak bisa dilepaskan dari momok banjir. Bahkan genangan di titik banjir memang sudah terjadi sejak zaman penjajahan. Pasalnya di Samarinda sendiri dikelilingi kawasan rawa.

Seiring bertambahnya penduduk, fungsi anak sungai pun kian hilang. Seperti yang ada dalam laporan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda bahwa saat ini hampir 45 persen anak sungai kini hilang dan dipenuhi pemukiman penduduk.

Untuk mengalirkan ke Sungai Karang Mumus (SKM) diperlukan pembangunan drainase yang dilakukan secara berkelanjutan. Hal itulah yang mendasari beberapa pembangunan drainase di beberapa titik langganan banjir. Kepala Dinas PUPR Samarinda, Hero Mardanus mengatakan, tahun ini pihaknya masih fokus melanjutkan pembangunan crossing drainase di simpang tiga Jalan DI Pandjaitan.

Kegiatan ini sendiri berfungsi untuk mengalirkan air dari kawasan Mugirejo agar tak menggenang terlalu lama di daerah Samarinda bagian utara. “Memang tidak menghilang banjir. Tetapi yang sekarang mulai terasa, lama genangan tidak selama dulu kan,” ujar Hero.

Ia mengakui pengendalian banjir di daerah yang awalnya berupa rawa, memang tidak mudah. Terlebih daerah resapan air yang terletak dibantaran atau didekat SKM saat ini mengalami penumpukan drainase. “Tak heran kalau air lagi pasang, banyak daerah yang ikut tergenang,” jelasnya.

Terpisah Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Dinas PUPR Samarinda, Desy Damayanti mengakui salah satu hal yang menyebabkan genangan kian meluas lantaran kurangnya aliran-aliran air yang dulunya merupakan anak-anak sungai.

“Kondisinya sekarang 45 persen anak sungai sudah dikuasai menjadi lahan pemukiman masyarakat,” jelasnya. Padahal sifat air sendiri lanjut Desy, akan mencari jalannya dengan mengalir ketempat yang lebih rendah. Tak heran jika di beberapa daerah yang saat ini banjir, memang asalnya merupakan aliran air.

“Sedangkan drainase yang berada didaerah perkotaan kurang mampu mengalirkan air dalam jumlah besar, sehingga perlu dikembalikan daerah aliran airnya,” tuturnya. Tujuannya kata Desy agar tidak meluas lagi ke pemukiman warga. Khususnya yang berada dekat dari sungai. Untuk itu setiap tahun pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemprov Kaltim.

“Tujuannya untuk mendapatkan review dari pemerintah pusat. Namun dari laporan kami tiap tahun pasti ada penurunan kok,” bebernya. Untuk saat ini saja, baru ada 8 titik sudah berkurang dari yang awalnya sebanyak 50 titik. Namun Desy meyakini titik banjir yang disebut berkurang, bukan sepenuhnya hilang. “Tapi dari lama genangan dan tingginya yang bisa kami kurangi,” pungkasnya. (hun/nha)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X