Banyak Korban Banjir Kelaparan, Bertahan karena Kenangan

- Kamis, 16 Januari 2020 | 15:12 WIB
Petugas mengunjungi warga yang terpapar banjir.
Petugas mengunjungi warga yang terpapar banjir.

BENGKURING. Hasan (55), warga Jalan Terong 4 yang memilih bertahan di kediamannya. Padahal sebagian keluarganya sudah mengungsi ketempat yang tidak terdampak, dirinya tetap bertahan untuk menjaga harta bendanya.

Ya, di tengah banjir yang menggenang sebagian warga Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara ini, ada saja korban yang memilih bertahan di rumah masing-masing. Padahal, air setinggi dada orang dewasa ini bisa membahayakan terutama pada kesehatan. Uniknya, Hasan enggan meninggalkan rumah lantaran teringat kenangan di rumah berukuran 5 x 15 meter tersebut.

"Bersama istri saya bertahan, sementara 3 anak saya lainnya sudah mengungsi. Saya memilih bertahan karena ini rumah pertama saya dari dulu," kata Hasan, (15/1). Hasan mengaku, dirinya sudah tinggal di Bengkuring sejak 20 tahun lalu. Belum banyak warga kala itu. Bahkan listrik pun masih sambung menyambung dengan warga lain yang kediamannya berjauhan.

Tak hanya itu, jalan di Bengkuring tak sebagus saat ini. Untuk bisa keluar ke jalan raya harus terlebih dulu berjuang dengan jalan tanah yang kadang berlumpur di saat hujan.

"Banjir besar di bulan Juni 2019 lalu saya bertahan selama 23 hari di dalam rumah. Dan ini banjir kedua terdalam yang saya alami," terang Hasan.

Warga lain yang memilih bertahan di tengah banjir adalah Darli (60), yang tak lain tetangga Hasan. Darli sudah bertahan selama 5 hari dalam kondisi genangan air di rumahnya. Untuk makan, Darli membeli sendiri. Terkadang mendapat bantuan nasi bungkus dari para relawan.

"Mau bagaimana lagi, kalau pun mengungsi toh sama saja, malah menyusahkan orang lain nantinya," kata Darli.

Disinggung tidak adakah niat untuk pindah lantaran daerah tersebut rawan banjir. Darli justru tertawa geli. Ia bergeming dan hanya berucap: "Tidak akan". Penolakan yang dilontarkan Darli semata-mata lantaran rumah miliknya itu adalah hasil kerja kerasnya selama ini.

"Kami dulu tinggal dibantaran Sungai Karang Mumus (SKM) dan direlokasi ke tempat ini. Awal tinggal bentuk rumah tidak begini, sangat kecil dan sederhana. Sedikit demi sedikit kumpulkan uang dan membangun rumah. Sampai seperti ini," jelas Darli.

Akibat bertahan dalam kondisi banjir, keduanya pun mulai terserang penyakit, diantaranya tekanan dan gatal-gatal. Petugas medis dari Rumah Sakit (RS) Dirgahayu bersama relawan memberikan bantuan berupa pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan pada keduanya.

Tak hanya Hasan dan Darli, warga lain pun turut menjadi perhatian tim medis. Tak kurang dari 30 warga mengeluhkan berbagai penyakit selama bertahan di rumah dalam kondisi banjir.

"Rata-rata sakit gatal untuk ini kami langsung memberikan obat gatal. Dan ada pula hypertensi, ini disebabkan dampak psikis yang dialami warga lantaran terlalu lama mengalami kondisi banjir," kata dr Nelly Ratnasari, dari RS Dirgahayu.

Ketua RT 37, Akhmad yani (37) mengatakan, banjir yang menggenangi cukup meresahkan. Pasalnya persoalan banjir tidak kunjung tuntas hingga saat ini. "Ini pengalaman banjir sudah jadi bencana rutin bagi kami. Sehingga tidak kaget kami mengalami. Ini masih mending sebelumnya lebih dalam dari ini," kata Yani.

Dirinya memperkirakan turunnya air bisa mencapai 2 minggu kedepan. Kondisi ini membuat 40 orang warganya sudah meninggalkan rumah untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X