Air Tambang Masuk, Bendungan Benanga Bisa Meluap

- Selasa, 14 Januari 2020 | 09:53 WIB
Benanga dalam kondisi kritis. Daya tampung atau fungsi waduk ini berkurang hingga 70 persen. Ibarat wanita, Benanga kini lebih sensitif. Bisa dilihat dari Tinggi Muka Air (TMA) yang semakin sering berada di level berbahaya.
Benanga dalam kondisi kritis. Daya tampung atau fungsi waduk ini berkurang hingga 70 persen. Ibarat wanita, Benanga kini lebih sensitif. Bisa dilihat dari Tinggi Muka Air (TMA) yang semakin sering berada di level berbahaya.

LEMPAKE. Benanga dalam kondisi kritis. Daya tampung atau fungsi waduk ini berkurang hingga 70 persen. Ibarat wanita, Benanga kini lebih sensitif. Bisa dilihat dari Tinggi Muka Air (TMA) yang semakin sering berada di level berbahaya.

Seperti yang terlihat beberapa waktu terakhir. Meningkatnya permukaan air di Benanga bukan hanya disebabkan curah hujan yang tinggi sejak tiga hari ini. Disinyalir ketinggian air di waduk yang terletak di Lempake, Samarinda Utara tersebut juga dikarenakan aliran air kolam eks tambang batu bara.

Hal ini disampaikan Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan dari Badan Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, Kalpin Noor, di sela kunjungan memantau kondisi Benanga, di Lempake, kemarin (13/1).

"Ini sebatas dugaan ada salah satu tampungan air eks tambang yang masuk ke bendungan dan bercampur dengan air hujan," ujar Kalpin.

Kecurigaan ini semakin kuat ketika Kalpin menggunakan kamera drone untuk melihat lebih detail kondisi Benanga. Drone menangkap gambar yang menunjukkan adanya perbedaan warna air di aliran di dalam bendungan hingga air limpasan. Perbedaan itu terlihat dari dua warna air berbeda yakni keruh dan jernih. Kecurigaan bertambah lantaran peningkatan air begitu cepat.

"Saya pastikan dengan drone, sepertinya memang ada. Namun masih sebatas kecurigaan," ucapnya.

Meski begitu, Kalpin memproyeksikan, banjir besar yang melanda Samarinda Juni 2019 tidak akan kembali terjadi. Perkiraan ini dikatakannya, lantaran Sungai Mahakam dalam kondisi surut.

"Aliran air menjadi lancar sehingga banjirnya tidak terlalu parah seperti tahun lalu," cetusnya.

Di samping itu, proyek normalisasi Sungai Karang Mumus (SKM) di segmen Gang Nibung, Jalan Dr Soetomo, Samarinda Ulu diklaim dapat mencegah banjir semakin meluas.

"Kalau debit air Sungai Mahakam pasang, ditambah bottle neck di sekitar Gang Nibung belum diuruk, pasti sudah banyak rumah warga yang tenggelam. Bisa dua kali lebih parah dari banjir di bulan Juni lalu," terangnya.

Dia melanjutkan, apabila kiriman air dari hulu Sungai Mahakam tinggi, maka otomatis air di muara SKM bakal meningkat. Air akan meluap dan menyebabkan banjir.

"Mudah-mudahan tidak terjadi banjir seperti tahun lalu. Kita juga harus waspada dengan kemungkinan kiriman air dari hulu Sungai Mahakam, yang mengakibatkan aliran air terhambat," terangnya.

Sementara itu, Suritno (46) warga Benanga yang kediamannya dekat dengan bendungan mengaku khawatir dengan kondisi meluapnya air. Dirinya khawatir jika bendungan sewaktu-waktu akan jebol. "Meluapnya sangat cepat, bahkan jembatan antar kampung kami pun terdampak banjir. Jika terus menerus, bukan tidak mungkin kampung kami pun dilanda banjir karena air meluap ke jalan," kata Suritno.

Warga yang sudah bermukim di kawasan itu sejak tahun 1980 ini pun mengaku, debit air di bendungan kali ini di luar kebiasaan. Pasalnya hampir setiap jam air terus meninggi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X