Pemerintah Diminta Buka Mata dan Telinga

- Selasa, 10 Desember 2019 | 22:26 WIB

SUNGAI seharusnya dijaga semua pihak. Selain sebagai sumber kehidupan bagi manusia serta berbagai jenis binatang, sungai juga aset bagi sebuah daerah. Begitu pula dengan Sungai Penoon terletak di kawasan Desa Long Beleh Modang, Kecamatan Kembang Janggut. Kini air sungai itu telah tercemar. Bahkan pekan lalu, tingkat kekeruhan air sungai itu di atas 1.000 NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Padahal, semestinya paling tinggi 50 NTU.

Masyarakat di bilangan RT 7, Desa Long Beleh Modang, paling merasakan dampak atas nasib buruk menimpa Sungai Penoon. Lantaran sejak dulu para warga lebih banyak memanfaatkan air Sungai Penoon dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Dari mencuci pakaian, mandi hingga keperluan makan-minum. Kini warga harus merogoh isi kantong lebih dalam, untuk membeli air bersih layak konsumsi.

“Kami tak bisa lagi memakai air Sungai Penoon untuk dikonsumsi. Sehingga kini harus membeli air bersih per galon, untuk keperluan memasak makanan dan minuman. Sedangkan untuk mandi dan mencuci, ya terpaksa masih pakai air sungai itu. Meskipun setelah mandi, kulit terasa gatal-gatal,” ujar Samhadi, Ketua RT 07, Desa Long Beleh Modang, Kamis (5/12) siang.

Tidak hanya pak RT, keluhan senada juga disampaikan warga setempat. Seperti dituturkan Markus, beberapa tahun lalu, masyarakat tidak perlu repot memikirkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Kapan saja bisa mendapatkan air bersih dari Sungai Penoon, gratis alias tak perlu bayar. Kondisi itu berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.

“Kami harus menyediakan uang, untuk membeli air minum galon. Kalau sekilas, mungkin harganya dikatakan murah. Tapi jika dihitung pengeluaran setiap hari, untuk membeli air galon, maka dalam sebulan diperlukan cukup banyak uang. Artinya kini beban atau biaya hidup kami sehari-hari, semakin bertambah. Kasihan lah kami yang rakyat kecil begini,” ucap Markus.

Makanya pria 60 tahun itu meminta pemerintah, baik Pemkab Kukar maupun Pemprov Kaltim, bisa menyelesaikan persoalan tersebut. Dengan melakukan pemeriksaan ke lapangan, kemudian menindaklanjuti sampai tuntas. Karena rusaknya air Sungai Penoon, diduga akibat aktivitas tambang batu bara tak ramah lingkungan.

“Kalau kami yang terbilang masyarakat kelas bawah ini, tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah atau membenahi kerusakan lingkungan. Maka harapannya adalah pemerintah. Ini kami minta, pemerintah cepat bertindak. Buka mata dan telinga atas pencemaran air Sungai Penoon. Harus lebih peduli. Jangan tunggu kondisinya semakin buruk. Segera ke lapangan dan tindak tegas pihak yang mencemari lingkungan,” katanya lagi. (idn/bersambung/rin)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB
X