Sulit Cari Ikan, Tidak Hujan pun Airnya Keruh

- Senin, 9 Desember 2019 | 22:54 WIB

NASIB Sungai Penoon di bilangan Desa Long Beleh Modang, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), memang naas. Dahulunya, aliran sungai sepanjang belasan Kilometer tersebut, memiliki air jernih. Sehingga benar-benar jadi sumber kehidupan ratusan warga di bantaran sungai. Terutama untuk dikonsumsi maupun kegiatan lainnya, karena diduga tercemar limbah pertambangan batu bara.

------------------------

Kondisi air Sungai Penoon sekarang sudah berubah 180 derajat. Betapa tidak, jika dahulu airnya jernih. Sekarang berwarna seperti kopi-susu. Putih kecoklatan dan berbau. Jangankan  dikonsumsi, dipakai mandi saja, kulit terasa gatal. Karuan saja para warga yang selama ini menggantungkan kebutuhan air bersih dari Sungai Penoon, hanya bisa pasrah dan prihatin.

“Kalau dulu, air Sungai Penoon memang bisa keruh. Tapi tidak berwarna seperti kopi-susu begitu. Biasanya warnanya agak keruh, setelah habis hujan. Nah kalau sekarang, tidak hujan pun airnya keruh dan pekat begitu. Mungkin tinggal dikasih gula, sudah jadi minuman kopi-susu,” kata Muliansyah, warga Desa Long Beleh Modang.

Mul, demikian akrab disapa, sudah puluhan tahun bermukim dan menjalani hidup dengan menggantungkan kebutuhan air bersih, terutama mandi dan masak. Sungai Penoon memang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat Long Beleh Modang. Memburuknya kualitas air di sungai itu, dirasakan semakin parah dalam setahun terakhir.

Jika orang dewasa, mungkin tidak begitu menderita. Kulitnya tidak begitu gatal setelah mandi dengan air Sungai Penoon. Hanya kasihan dengan anak-anak. Kulit mereka kan lebih sensitif. Anak-anak kami langsung mengeluh gatalan. Kulitnya timbul bercak-bercak merah setelah mandi pakai air Sungai Penoon. Jadi pertanyaan kami, sampai kapan itu harus dijalani? Karena kami tidak tahu, mau mengadu ke mana supaya air Sungai Penoon tak lagi tercemar,” ujarnya lagi.

Hal senada juga disampaikan Sudarto, juga warga Desa Long Beleh Modang. Selama beberapa tahun terakhir, dirasakan kondisi air Sungai Penoon semakin memburuk. Khususnya selama 2 tahun terakhir. Jika dulu warga bisa leluasa mengambil air sungai, lalu direbus, sudah bisa dikonsumsi. Meskipun tanpa harus diolah atau diendapkan, supaya lebih jernih.

“Sekarang sudah tidak bisa lagi diendapkan atau diolah secara sederhana, misalnya diberikan tawas dan lainnya. Karena keruhnya beda. Juga berbau. Ada bau batu baranya. Tidak itu saja ikan-ikan pun seperti berkurang. Pergi entah ke mana? Sebab sekarang kita mancing, sulit dapat ikan. Padahal dulu, tidak perlu lama mancing di Sungai Penoon, sudah banyak dapat ikan,” ucap Darto, demikian akrab disapa, sembari berharap pihak terkait di Pemkab Kukar maupun Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim), dapat turun tangan mengatasi persoalan itu.(idn/beb/bersambung)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X