WALI KOTA Samarinda Syaharie Jaang perdana membaca puisi pada Malam Apresiasi Seni di halaman Museum Samarinda untuk membuka Program Museum Bercarang sebagai Wadah Komunikasi Lintas Komunitas, Sabtu (20/7). Kemudian tokoh seniman Kaltim yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Syafruddin Pernyata membaca 4 puisi, selanjutnya Sekretaris Kota Sugeng Chairuddin, Asisten III Ali Fitri Noor dan Asisten I Tejo Sutarnoto masing-masing satu puisi. (*)
1. Puisi yang dibacakan Wali Kota
CITA DAN CINTAKU SAMARINDA
Syaharie Jaang
Cintaku berlabuh di tepian Mahakam
Di sebuah kota asri bernama Samarinda
Yang sejak zaman dahulu kala telah akrab dengan air dan keindahannya
Bila pasang tiba, atau curah hujan lebat, air naik hingga bawah kolong rumah panggung kami
Cintaku berhanyut dari Ulu Mahakam
Bertambat di hilir di Kota Tepian
Di sini perjalanan panjang kujalani merintis studi, karir bahkan cinta ini
Studi yang mencerahkan nurani
Karir yang bekerja dengan hati
Dan cinta indah yang terpuji
Di kota Samarinda hati ini tertambat
Disini aku mengukir bakti
Mengabdi di politik hingga puncak birokrasi
Membangun kota bersama seluruh masyarakatnya
Waktu berjalan, kehidupan terus berputar
Tak terasa empat periode berjibaku dengan aneka dinamika
Menjalani ikhtiar membangun negeri
Hingga tidak lama lagi
Tugas ini akan diakhiri
Sekian banyak baik dan buruk, tawa ceria ataupun air mata
Menghiasi catatan sejarah pengabdian ini memberi nuansa kehidupan seorang putera tanah hulu yang membangun cita, cinta dan mimpi
Oh, Samarindaku
Begitu banyak kenangan terukir direlung kalbuku
Membekas dalam sanubari, bagai hikayat seribu satu malam
Di sini pengabdian itu aku curahkan
Di sepanjang sungai Mahakam hingga bukit dan pegunungan
Semoga apa yang sudah berjalan
Akan terus berjalan dalam alur kebajikan
Menuju tepian harapan
Samarinda yang teduh rapi aman dan nyaman
2. Puisi yang Dibacakan Syafruddin
TEMPAT INI 53 TAHUN KEMUDIAN
Syafruddin Pernyata
Di tempat ini telah diatur siasat pertempuran
Di pengujung malam, November 48
sebuah tangsi Belanda jadi sasaran
mandau, badik, dan granat siap diledakkan
Di pengujung malam setelah gerimis
orang-orang republik itu masuk ke sarang musuh
Empat anjing Belanda berjaga-jaga
dengan senapan siap ditembakkan
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
sebuah granat meledak
lima anjing Belanda tewas
dua lainnya tunggang langgang
pesta tuak gaduh
meriam berdentum-dentum
mandau menyambar-nyambar
perang terus berkobar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Seorang anak republik terkapar
sepatu laras mengarah ke punggungnya
lalu bayonet merobek lengannya
lalu dicungkilkan ke matanya
lalu ia berteriak sekuat tenaga:
Allahu Akbar
dua belas peluru menembus kepalanya
Di penghujung malam 53 tahun kemudian
Di tempat ini, tempat anak republik mengatur strategi
beratus suara terus terjaga
suara desah, suara gatal dan suara janji
Cucu-cucu republik itu berjudi
dentuman musik-musik keras mengiringi
a
penjaja cinta dan pengobral janji
dan pestapun terus digelar
hingga azan terdengar dari sebuah surau
Doja renta yang veteran itu menyeru dengan suara parau
Allahu Akbar Allahu Akbar
3.Puisi yang dibacakan Sugeng Chairuddin
AKU RINDU KAMPUNG KITA
Syafruddin Pernyata
Kawan,
Kita pernah bersama menulis kisah masa kecil
Menatap rambutan, rambai, langsat, dan manggis di kebun-kebun orang
Di Sidodadi, Segiri, Gunung Kelua, Gunung Jabung, Solong dan Sempaja
Menetes liur kita
Diam-diam, kita toleh kiri kanan, aku berjaga-jaga saat kau petik buah itu
Kita kepergok, lalu lari lintang pukang
Wal,
Kita pernah main ciu, asin naga, batu lele, ajakan tukup
Kau ajab aku, kalian sekongkol dan aku dongkol
Kita pernah menyasah kelayangan. Di parit kita gugur. Badan pun penuh lumpur.
Kita betegang dan benang-benang kusut itu membuat kelanyangan pagat Kita saling menyalahkan
Wal,
Kampung kita sudah berubah
Orang-orang bagai anak panah. Melesat ke berbagai arah
Desakan perut. Desakan nafsu. Desakan gaya hidup. Kita sudah terpisah dari waktu ke waktu.
Wal,
Biarpun ikam sudah bemobil dan berumah mewah.
Biarpun ikam sudah bedasi dan jadi urang gagah.
Jangan lupakan aku, wal.
Aku kawal ikam.
Yang rindu bekesahan mengenang indahnya persahabatan.
Di kampung kita yang mulai lupa
Siapa-siapa kita
Meski dulu selalu bersama.
Wal,
Subuh kena kutunggu ikam di Sempaja
Kita Nukar durian sebuting barang
Aku handak kita makan bersama
Sambil mengenang kampung kita
Yang sudah jadi kota Metropolitan
4. Puisi yang dibacakan Ali Fitri Noor
KERENDAHAN HATI
Ali Fitri Noor
Kalau kau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah Belukar...
Tetapi Belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar...
Jadi sajalah rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau kau tak mampu jalan raya....
Jadi sajalah jalan kecil
Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air
Tidaklah semua orang menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadi tinggi rendahnya nilai diri mu
Jadi sajalah dirimu
5. Puisi yang dibacakan Tejo Sutarnoto
AIR MATA CINTA
Elansyah
Melihat Samarinda tergenang banjir
Dan kesusahan di penjuru kota
Air mataku ikut membanjir
Yang kusembunyikan di tiap munajat
Dan renungan dalam zikir dan shalawat
Hujatan kuterima dengan senyuman
Meski hati getir, sedih dan perasaan yang tidak karuan
Aku faham bahwa sebagian rakyatku tidak tahu
Bagaimana mekanisme penanganan bencana
Bagaimana rasio anggaran pengelolaan sungai yang ada
Dan siapa yang berwenang mengendalikan lahan tambang
Yang dituding sebagai biang bencana
Cintaku pada Samarinda dan warganya, membuat diri ini
menahan lisan untuk tidak membalas cacian
Dan kumemilih lebih baik bekerja untuk membuktikan
Bahwa baktiku tulus dan penuh kecintaan
Di sini aku berdiri, dengan sebait puisi
Bukan curhat apalagi membela diri
Hanya sekedar berekspresi
Bertutur syair merangkai makna
Meluapkan rasa
Dalam sebuah apresiasi
Di sini aku berdiri
Dengan seuntai narasi yang terbingkai seni
Ketika jiwa ingin bercerita
Tentang cinta dan bakti
Tentang cita-cita dan eksistensi diri
Tentang rasa kerinduan, kasih sayang dan pengabdian yang tiada bertepi
Dan aku berjanji cinta dan bakti ini Insya Allah abadi