Dan Pejabat pun Berpuisi

- Senin, 22 Juli 2019 | 19:15 WIB

WALI KOTA Samarinda Syaharie Jaang perdana membaca puisi pada Malam Apresiasi Seni di halaman Museum Samarinda untuk membuka Program Museum Bercarang sebagai Wadah Komunikasi Lintas Komunitas, Sabtu (20/7). Kemudian tokoh seniman Kaltim yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Syafruddin Pernyata membaca 4 puisi, selanjutnya Sekretaris Kota Sugeng Chairuddin, Asisten III Ali Fitri Noor dan Asisten I Tejo Sutarnoto masing-masing satu puisi. (*)

1. Puisi yang dibacakan Wali Kota


CITA DAN CINTAKU SAMARINDA

Syaharie Jaang

Cintaku berlabuh di tepian Mahakam
Di sebuah kota asri bernama Samarinda
Yang sejak zaman dahulu kala telah akrab dengan air dan keindahannya

Bila pasang tiba, atau curah hujan lebat, air naik hingga bawah kolong rumah panggung kami

Cintaku berhanyut dari Ulu Mahakam

Bertambat di hilir di Kota Tepian

Di sini perjalanan panjang kujalani merintis studi, karir bahkan cinta ini
Studi yang mencerahkan nurani
Karir yang bekerja dengan hati

Dan cinta indah yang terpuji



Di kota Samarinda hati ini tertambat

Disini aku mengukir bakti
Mengabdi di politik hingga puncak birokrasi

Membangun kota bersama seluruh masyarakatnya


Waktu berjalan, kehidupan terus berputar

Tak terasa empat periode berjibaku dengan aneka dinamika

Menjalani ikhtiar membangun negeri
Hingga tidak lama lagi
Tugas ini akan diakhiri


Sekian banyak baik dan buruk, tawa ceria ataupun air mata

Menghiasi catatan sejarah pengabdian ini memberi nuansa kehidupan seorang putera tanah hulu yang membangun cita, cinta dan mimpi

Oh, Samarindaku

Begitu banyak kenangan terukir direlung kalbuku

Membekas dalam sanubari, bagai hikayat seribu satu malam

Di sini pengabdian itu aku curahkan

Di sepanjang sungai Mahakam hingga bukit dan pegunungan

Semoga apa yang sudah berjalan
Akan terus berjalan dalam alur kebajikan

Menuju tepian harapan

Samarinda yang teduh rapi aman dan nyaman




2. Puisi yang Dibacakan Syafruddin


TEMPAT INI 53 TAHUN KEMUDIAN

Syafruddin Pernyata

Di tempat ini telah diatur siasat pertempuran

Di pengujung malam, November 48

sebuah tangsi Belanda jadi sasaran

mandau, badik, dan granat siap diledakkan


Di pengujung malam setelah gerimis

orang-orang republik itu masuk ke sarang musuh

Empat anjing Belanda berjaga-jaga

dengan senapan siap ditembakkan


Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar

sebuah granat meledak

lima anjing Belanda tewas

dua lainnya tunggang langgang

pesta tuak gaduh

meriam berdentum-dentum

mandau menyambar-nyambar

perang terus berkobar

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar


Seorang anak republik terkapar

sepatu laras mengarah ke punggungnya

lalu bayonet merobek lengannya

lalu dicungkilkan ke matanya

lalu ia berteriak sekuat tenaga:

Allahu Akbar

dua belas peluru menembus kepalanya


Di penghujung malam 53 tahun kemudian

Di tempat ini, tempat anak republik mengatur strategi

beratus suara terus terjaga

suara desah, suara gatal dan suara janji


Cucu-cucu republik itu berjudi

dentuman musik-musik keras mengiringi
a
penjaja cinta dan pengobral janji
dan pestapun terus digelar

hingga azan terdengar dari sebuah surau

Doja renta yang veteran itu menyeru dengan suara parau

Allahu Akbar Allahu Akbar



3.Puisi yang dibacakan Sugeng Chairuddin


AKU RINDU KAMPUNG KITA


Syafruddin Pernyata


Kawan,
Kita pernah bersama menulis kisah masa kecil

Menatap rambutan, rambai, langsat, dan manggis di kebun-kebun orang

Di Sidodadi, Segiri, Gunung Kelua, Gunung Jabung, Solong dan Sempaja

Menetes liur kita

Diam-diam, kita toleh kiri kanan, aku berjaga-jaga saat kau petik buah itu

Kita kepergok, lalu lari lintang pukang


Wal,
Kita pernah main ciu, asin naga, batu lele, ajakan tukup

Kau ajab aku, kalian sekongkol dan aku dongkol

Kita pernah menyasah kelayangan. Di parit kita gugur. Badan pun penuh lumpur.

Kita betegang dan benang-benang kusut itu membuat kelanyangan pagat Kita saling menyalahkan

Wal,
Kampung kita sudah berubah

Orang-orang bagai anak panah. Melesat ke berbagai arah

Desakan perut. Desakan nafsu. Desakan gaya hidup. Kita sudah terpisah dari waktu ke waktu.

Wal,
Biarpun ikam sudah bemobil dan berumah mewah.
Biarpun ikam sudah bedasi dan jadi urang gagah.
Jangan lupakan aku, wal.
Aku kawal ikam.

Yang rindu bekesahan mengenang indahnya persahabatan.

Di kampung kita yang mulai lupa
Siapa-siapa kita
Meski dulu selalu bersama.


Wal,
Subuh kena kutunggu ikam di Sempaja

Kita Nukar durian sebuting barang

Aku handak kita makan bersama

Sambil mengenang kampung kita
Yang sudah jadi kota Metropolitan




4. Puisi yang dibacakan Ali Fitri Noor


KERENDAHAN HATI

Ali Fitri Noor



Kalau kau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit

Jadilah Belukar...
Tetapi Belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau


Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar...
Jadi sajalah rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan


Kalau kau tak mampu jalan raya....
Jadi sajalah jalan kecil

Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air


Tidaklah semua orang menjadi kapten

Tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadi tinggi rendahnya nilai diri mu

Jadi sajalah dirimu



5. Puisi yang dibacakan Tejo Sutarnoto


AIR MATA CINTA

Elansyah



Melihat Samarinda tergenang banjir
Dan kesusahan di penjuru kota

Air mataku ikut membanjir

Yang kusembunyikan di tiap munajat

Dan renungan dalam zikir dan shalawat


Hujatan kuterima dengan senyuman

Meski hati getir, sedih dan perasaan yang tidak karuan

Aku faham bahwa sebagian rakyatku tidak tahu

Bagaimana mekanisme penanganan bencana

Bagaimana rasio anggaran pengelolaan sungai yang ada

Dan siapa yang berwenang mengendalikan lahan tambang

Yang dituding sebagai biang bencana


Cintaku pada Samarinda dan warganya, membuat diri ini
menahan lisan untuk tidak membalas cacian
Dan kumemilih lebih baik bekerja untuk membuktikan

Bahwa baktiku tulus dan penuh kecintaan

Di sini aku berdiri, dengan sebait puisi
Bukan curhat apalagi membela diri

Hanya sekedar berekspresi

Bertutur syair merangkai makna

Meluapkan rasa

Dalam sebuah apresiasi


Di sini aku berdiri

Dengan seuntai narasi yang terbingkai seni

Ketika jiwa ingin bercerita

Tentang cinta dan bakti

Tentang cita-cita dan eksistensi diri

Tentang rasa kerinduan, kasih sayang dan pengabdian yang tiada bertepi

Dan aku berjanji cinta dan bakti ini Insya Allah abadi

Editor: rusli-Admin Sapos

Rekomendasi

Terkini

DPRD Berau Soroti Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:57 WIB

Kampus dan Godaan Rangkap Jabatan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:44 WIB

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB
X