Berkeliarannya Buaya, Piton, dan Kobra di Tengah Banjir Samarinda

- Rabu, 12 Juni 2019 | 15:11 WIB

Air bah membawa ular dan buaya ke tengah jalan, kompleks perumahan, serta permukiman padat penduduk. Meski rata-rata panjangnya cuma 1 meter, buaya-buaya muara yang tertangkap terkenal ganas dan agresif.

 

M. SAFRI, Samarinda

 

SUDAH sejak kecil dia diperkenalkan kepada warga sekitar. Aban, sang induk semang, biasa menggendongnya ke mana-mana. Memperlihatkannya kepada para tetangga, terutama anak-anak.

Beranjak dewasa, Aban, warga Gang Nibung, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda juga masih sering memamerkannya. Tidak digendong lagi. Melainkan mengeluarkannya dari tempat tinggalnya.

Jadi, ketika Senin lalu (10/6), saat banjir melanda Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur, ia kelihatan muncul di tengah perkampungan, warga tak lantas panik. Sebab, mereka tahu, ia jinak.

Si dia yang seekor buaya itu pun ditangkap dan diserahkan kembali ke sang pemilik. ”Alhamdulillah, tidak pernah ada yang digigit. Buaya ini kalau sudah diberi makan dan kenyang ya sudah, pasti aman,” ujar Aban kepada Samarinda Pos kemarin (11/6).

Buaya hanyalah salah satu reptil yang banyak berkeliaran di tengah banjir yang melanda 4 kelurahan dan 3 kecamatan di ibu kota Kaltim tersebut. Hingga kemarin, setidaknya ada lima laporan kemunculan ular sanca dan kobra di tengah perkampungan warga yang tengah terendam air bah. Tapi, bisa jadi jumlah reptil yang tak terlihat atau terpantau warga lebih banyak lagi.

Walau belum ada korban jiwa karena terlilit atau tergigit ular, kemunculan mereka lumayan meresahkan warga. ”Untungnya, anak-anak di sini sudah sering melihat ular. Mereka (anak-anak) biasanya langsung teriak dan lari kalau melihat ular,” ujar Hamidi, warga Jalan PM Noor, Samarinda Utara, yang turut menangkap seekor ular sanca Senin lalu.

Hamidi menuturkan, ular sanca sepanjang sekitar 3 meter yang ikut dia tangkap muncul dekat dengan rawa. ”Kami lihat ular itu juga baru saja memakan binatang. Bisa jadi ayam karena bagian perut ular itu besar,” kata Hamidi.

Kawasan tempat munculnya ular-ular itu selama banjir pun bervariasi. Ada yang di tengah jalan, di kompleks perumahan, hingga permukiman padat penduduk. Benang merah dari keseluruhan tempat-tempat itu adalah adanya rawa di sekitarnya.

Menurut Akmaludin, ketua Samarinda Animal Rescue (SAR), gabungan petugas Disdamkar Kota Samarinda, dan relawan pencinta binatang, mengatakan bahwa sanca mudah ditemukan di daerah rawa. Juga di tempat lembap lain.

”Ular itu sering sekali muncul di malam hari untuk mencari makan,” jelasnya.

Sejauh ini, dan selama menerima laporan keberadaan reptil liar buaya maupun ular, Akmaludin dan tim belum pernah menemukan kasus warga tergigit. ”Karena buaya maupun ular itu cepat sekali bersembunyi jika mendengar suara-suara seperti orang berjalan atau berlari,” terangnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X