Lewati Banjir, Jenazah Diikat

- Selasa, 11 Juni 2019 | 17:07 WIB

SAMARINDA. Banjir besar melanda Kota Tepian. Ribuan rumah terendam. Ratusan ribu orang terdampak. Rumah yang diserang banjir membuat dua jenazah tak bisa disemayamkan disemayamkan.

Hal ini yang dialami warga di Jalan Batu Cermin, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, kemarin (9/6).

Ketinggian air di kawasan itu mencapai dada orang dewasa. Di saat bersamaan dua orang wanita yang tinggal di Batu Cermin meninggal dunia. Walhasil, pengurusan jenazah pun sempat mengalami kendala. Jenazah tersebut tidak dapat disemayamkan di rumah masing-masing. Terpaksa jenazahnya langsung dibawa ke masjid terdekat sebelum dimakamkan.

Warga yang menggontong keranda jenazah harus melalui medan berat. Sepanjang jalan dari rumah duka menuju masjid digenangi air. Jaraknya sekitar 3 Km. Perlu pejuangan berat. Membawa jenazah di tengah derasnya arus banjir.

Jenazah pertama adalah Herlina. Wanita 32 tahun ini meninggal dunia di Rumah Sakit Sentra Medika Citra (SMC), Sabtu (23/6) malam pukul 23.50. Beberapa jam sebelumnya, Herlina mengalami pendaharan usai melahirkan anak ketiga melalui operasi sesar. Usai melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki, Herlina tak dapat bertahan karena pendarahan hebat.

“Kami dikabarkan oleh dokter bahwa istri saya meninggal sekitar pukl 23.50," kata Ghofur, suami Herlina.

Malam itu juga jenazah Herlina lantas dibawa pulang di tengah guyuran hujan. Sementara bayi yang baru dilahirkan Herlina masih dalam proses perawatan di rumah sakit.

Guyuran hujan tengah malam itu tak kunjung mereda hingga pagi hari. Kondisi ini memaksa Ghofur segera memindah jasad istrinya ke lokasi yang lebih aman.

Jasad Herlina yang sudah berada di rumah lantas berusaha dibawa menuju Masjid Nurul Taqwa. Saat itulah aliran air membuat usahanya kandas. Baru setelah ia meminta bantuan kapal dari relawan, jasad Herlina akhirnya bisa dibawa ke masjid.

“Jasadnya dinaikkan ke atas kapal yang diikat ujungnya kemudian ditarik. Saya berusaha menyeimbangkan agar tidak terbalik. Saat itu di tengah aliran air deras. Perlu waktu 1 jam untuk bisa membawa jasad istri saya ke masjid," terang Ghofur.

Ghofur dengan perasaan hancur menerima kenyataan yang diterimanya. Sembari memeluk putra pertamanya, Ghofur masih teringat akan pesan mendiang istrinya. Pesan itu disampaikan saat Herlina mengandung.

"Minta anak ketiga kami ini diberi nama Muhammad Fadil," lirih Ghofur.

Selain keluarga Abdul Ghofur, di waktu yang sama, seorang wanita lansia bernama Hj Asmah juga seorang warga Batu Cermin, dikabarkan meninggal. Wanita 70 tahun itu mengidap anemia. Sebelumnya juga dirawat di rumah sakit terdekat.

Rokhaya, anak dari Almarhum Asmah mengatakan, bahwa jenazah ibunya pagi tadi telah menghembuskan nafas terakhir. Namun, gagal disemayamkan di kediamannya di Jalan Batu Cermin karena terjangan banjir yang melanda rumah duka.

"Tadi pagi mau disemayamkan di rumah. Kalau di dalam rumah banjir hanya sampai mata kaki. Tapi di luar rumah sampai dada, jadi tidak mungkin bisa dibawa ke dalam rumah," terang Rokhaya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Dishub PPU Desak Pemprov Bangun Terminal Tipe B

Sabtu, 27 April 2024 | 10:30 WIB

DPRD Berau Soroti Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:57 WIB

Kampus dan Godaan Rangkap Jabatan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:44 WIB

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB
X