Korban Banjir Idap Cacar sampai Hipertensi

- Selasa, 11 Juni 2019 | 17:06 WIB

Idulfitri tahun ini harus dirayakan warga Bengkuring di tengah kepungan banjir. Suasana suka cita dan penuh keakraban berganti kesibukan untuk menyelamatkan nyawa dan harta benda dari genangan air. Rencana untuk bersilaturrahmi ke rumah sanak saudara, keluarga ataupun tetangga pun urung dilakukan. 

Hal inilah yang dirasakan ribuan warga di Perumahan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara. Sejak Lebaran hari pertama Rabu (5/6) hingga kemarin (8/6) warga harus berkutat dengan tingginya genangan air.

Ya, sebanyak 15 RT di wilayah tersebut terendam banjir. Kedalaman air bervariasi. Mulai 25 cm hingga 75 cm. Kondisi ini membuat warga tidak dapat bergerak bebas. Warga pun harus disibukkan untuk mengevakuasi barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.

Intensitas hujan cukup tinggi yang mengguyur Kota Samarinda dalam sebulan terakhir mengakibatkan volume air meningkat. Hal inilah yang ditengarai sebagai penyebab terendamnya pemukiman padat penduduk itu.

Meski demikian, kebanyakan warga memilih bertahan di rumah masing-masing. Sekaligus menjaga harta bendanya. Terlebih di hari keempat kemarin belum ada tanda-tanda air akan surut.

"Ketinggian air sudah terlihat sejak hari raya pertama. Dan terus naik dan hingga sekrang belum ada penurunan. Begini-begini saja sejak awal," ucap Anjelly (25), warga Jalan Terong 1, RT 37, korban banjir, Sabtu (8/6).

Akibat seringnya banjir di kawasan tempat tinggalnya, Anjelly dan keluarga harus merogoh kocek hingga Rp 80 juta untuk meninggikan rumah.

Hal itu dilakukannya sebagai solusi agar banjir tidak lagi masuk ke rumahnya. Pasalnya, nyaris setiap tahun kawasan Bengkuring terendam banjir.

"Lumayan biayanya. Ini hanya ninggiin rumah saja sekitar Rp 80 juta habisnya. Kalau tidak ditinggikan, ya air masuk sampai dalam," imbuhnya.

Kendati air masih tinggi, namun dirinya tetap memilih di rumah saja. Tidak seperti warga lainnya yang memilih mengungsi.

"Saya di rumah saja sama suami dan anak. Kalau sudah masuk ke dalam, baru ngungsi. Tapi kalau sudah masuk, berarti air makin tinggi," ungkapnya.

"Tetangga saya banyak yang ngungsi. Saya di sini saja dulu," sambungnya. Dia menilai, banjir di kawasannya merupakan air kiriman yang diduganya akibat meluapnya Bendungan Benanga.

"Di sini kalau hujan deras tidak banjir. Saya dengar katanya luapan air dari bendungan. Karena tahun sebelumnya juga begini. Tidak ada hujan malah banjir. Tahun ini malah dibarengin hujan," terangnya.

Disamping disibukkan dengan pemindahan barang, warga yang memilih bertahan di rumah mulai terserang penyakit.

Umumnya mengidap gatal-gatal serta darah tinggi (hipertensi). Selain itu, penyakit yang dialami warga sebelum banjir juga turut dilakukan pemeriksaan, seperti cacar dan demam.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X