SAMARINDA. Mengisi liburan, beberapa pemain Borneo FC memanfaatkan waktunya untuk pulang kampung halaman ataupun sekadar beristirahat dari rutinitas biasa mereka. Namun tidak dengan pemain senior Borneo FC, Asri Akbar. Asri memilih mengikuti kursus berlisensi D yang diadakan atas kerja sama Borneo FC dengan Asprov PSSI Kaltim.
Kursus kepelatihan berlisensi itu berlangsung sejak 18-24 Maret 2019 di Stadion Segiri Samarinda. Ricky Nelson menjadi isntruktur yang diberi kepercayaan menularkan ilmunya pada para calon pelatih tersebut. Namun begitu, Asri membeberkan ia ikut serta dalam kursus itu karena mendapatkan slot kosong di sana.
"Sebenarnya belum serius amat sih, kebetulan ada waktu libur. Pas tanya kebetulan ada slot kosong 2 lagi, makanya saya ambil kesempatan ini," katanya.
Asri menjelaskan ada alasan mendasar yang mendorongnya ikut serta dalam kursus tersebut. Asri berpikir kedepan, dimana jika ia tidak lagi bermain sepak bola profesional.
Ia akan kembali kekampung halamannya untuk melatih anak-anak muda berbakat di kampungnya agar bisa menjadi pemain sepak bola. Dan ia menyadari betul, untuk menjadi pelatih maka harus memiliki sertifikat lisensi minimal D. Jadi kesempatan yang ia ambil sekarang adalah momen bagus sembari memanfaatkan waktu libur agar lebih produktif.
"Saya sebenaranya tidak ada niat jadi pelatih Liga, hanya ingin bantu anak-anak muda di kampung saya. Dan itu pun harus ada lisensi minimal D. Kebetulan saya ada niat di kampung untuk semua anak-anak usia 18 tahun ke bawah yang mau ikut saya latihan, bisa saya bantu. Ya, syukur-syukur ada yang sukses nantinya main di Liga dan timnas dari tim kampung itu," jelasnya.
Diakui pemain yang sukses membawa Persija Jakarta juara musim 2018 ini, ada beberapa kendala yang dialaminya, terutama kendala bahasa. Sebab aksen kedaerahannya Asri yang memang cukup kental, namun bukan menjadi halangan baginya. Karena menurutnya ini menjadi pembelajaran yang cukup berarti baginya untuk kedepan bisa ia praktekan di lapangan.
"Ada beberapa kendala. Di kelas saya terkendala soal aksen bahasa," ucapnya tertawa.
"Di lapangan susah menerapkan praktik. Tapi ya terus belajar saja, bagaimana cara yang benar melatih pemain usia muda. Terkadang memberi contohnya benar, tapi ketika menjelaskan jadi berbeda," katanya mengakhiri. (upi)